SMK Muhammadiyah Kota Pekalongan Ubah Sampah Plastik Jadi BBM

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Kota Pekalongan sukses mengembangkan mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM). Sementara ini, alat tersebut masih dimanfaatkan untuk mengatasi masalah sampah di sekolah.

Inovasi tersebut bahkan menyabet Juara 1 dalam Lomba Kreativitas dan Inovasi (Krenova) Kota Pekalongan Tahun 2024.

Kepala SMK Muhammadiyah Kota Pekalongan (Mudikal), Khusnawan, menjelaskan ide pirolisis ini bukan sesuatu yang instan. Sejak 2018, sekolah sudah melakukan penelitian dan pengembangan. Jika sebelumnya hanya berupa prototipe kecil berbentuk tabung gas, kini kapasitas pengolahannya diperbesar menjadi wadah menyerupai dandang besar.

“Dari proses pirolisis tersebut, dihasilkan tiga jenis output utama, yakni solar oktan rendah, minyak tanah, dan premium,”tuturnya, saat ditemui di Ruang Praktik SMK Mudikal, Senin (15/9/2025).

Selain itu, ujarnya, proses pembakaran dan pendinginan juga menghasilkan air sebagai residu. Inovasi ini bahkan sudah diajarkan kepada peserta didik sebagai bagian dari pembelajaran berbasis proyek di sekolah.

Guru SMK Mudikal sekaligus penggagas ide pirolisis, Agus Riyadi, memaparkan mekanisme kerja alat tersebut. Pertama, sampah plastik, terutama botol kemasan, dimasukkan ke dalam wadah dandang besar. Setelah itu, sampah dibakar selama sekitar satu jam, lalu didinginkan dengan air di wadah berbeda.

“Akan lebih bagus jika menggunakan pompa, terutama saat suhu sangat tinggi. Dari proses itu akan keluar asap yang kemudian dialirkan melalui pipa-pipa yang sudah disiapkan hingga menghasilkan cairan BBM,” bebernya.

Lebih lanjut, Agus menyebutkan kapasitas alat pirolisis bervariasi, tergantung ukuran sampah. Jika plastik sudah tercacah kecil, alat mampu menampung hingga 5 kilogram sampah yang akan diolah menjadi BBM sebanyak 40–50 persen dari sampah yang diolah.

Agus menegaskan inovasi tersebut merupakan solusi nyata untuk persoalan lingkungan di Kota Pekalongan.

“Memang saat ini belum diproduksi massal dan masih dimanfaatkan untuk internal sekolah, tetapi ke depan jika ada pesanan, kami siap mengusahakan,” tambahnya.

Dengan adanya inovasi ini, ia berharap, SMK Mudikal dapat menjadi pelopor pendidikan berbasis riset dan lingkungan.